Mungkin judul ini agak terlalu tendensius, karena membandingkan sesuatu yang belum tentu “apple to apple”. Faktanya, memang di Indonesia pada saat ini berkembang sistem pelatihan Hipnoterapi dengan durasi pendek (8 jam), tentu saja setelah seseorang menguasai keterampilan Hipnotis. Di sisi lain, pelatihan Hipnoterapi di dunia barat, sebagian besar masih menganut standar klasik, yaitu 100 – 300 jam, termasuk National Guild of Hypnotists (NGH), salah satu kiblat besar Hipnotis dunia. Nah, bagaimana pula dapat terjadi perbedaan yang sangat ekstrim ini? Dan selanjutnya berakibat apa?
Tentu kedua sistem ini masing-masing memiliki alasan kuat, alasan logis, dan dapat dipertanggung-jawabkan.
Hipnoterapi tidak dapat dipisahkan dari dunia psikologi, walaupun Sigmund Freud Sang Begawan Psikoanalisa, konon selalu gagal dalam mempraktekan Hipnotis. Setidaknya Psikoanalisa kelak akan memberikan dampak besar, terutama kepada Hipnoterapi Klasik. Salah satu hal yang khas dari Psikoanalisa, yaitu selalu menarik seluruh hal ke akar. Jika terdapat suatu kasus psikologis di hari ini, misal Depresi, Phobia, dsb., maka selalu ditarik jauh mundur ke awal. Dengan kata lain psikoanalisa merasa sangat perlu “mengutak-atik” masa lalu.
Di sisi lain di pertengahan abad 20, Milton Erickson dan kelompoknya, yaitu Mind Research Instiute (MRI) mulai mengembangkan paradigma baru, yang lebih berorientasi kepada Positive Psychology. Dalam pandangan kelompok ini, menyelesaikan masalah cukup dengan cara terus maju kedepan, jika terdapat masa lalu, bahkan mungkin masa lalu yang buruk, justru dipandang sebagai resources (sumber daya positif).
Tentu saja kedua kelompok ini memiliki cara pandang yang berbeda, dan pasti akan melahirkan protokol terapi yang saling berbeda pula, bahkan nyaris saling bertentangan 180 derajat.
***
Untuk memahami perbedaan ini, jika kita anggap bahwa kedua kecenderungan pengajaran tadi sebagai sebuah kelompok mazhab, maka kita perlu memahami latar belakang yang mempengaruhi kelompok ini yang telah dijelaskan secara singkat di atas, dan selanjutnya melahirkan konsep dan teknik-teknik yang dapat saling berbeda di beberapa hal, tetapi juga memiliki kesamaan di hal lain.
Kelompok Pertama : Psikoanalisa
Kelompok yang dipengaruhi oleh Psikoanalisa sangat dapat ditandai dengan mudah, yaitu mereka hampir selalu menerapkan teknik terapeutik di garis waktu masa lalu. Di dunia Hipnoterapi, terutama Hipnoterapi klasik, sangat sering dipergunakan teknik-teknik seperti : Age Regression untuk menemukan kemungkinan adanya suatu peristiwa traumatik, misal melalui teknik Affect Bridge. Demikian juga penerapan Psikodinamika, jelas termasuk dalam kelompok ini. Hipnoterapi Klasik yang senang bermain di masa silam, bahkan memiliki pengikut yang sangat besar, misalkan di NGH (National Guild of Hypnotists) dimana salah satu tokohnya, yaitu Calvin Banyan, sedang gencar-gencarnya memperkenalkan protokol yang diformulasikannya, yaitu 5-PATH (Five Phase Abbreactive Therapeutic Hypnosis), dimana salah satu Phase adalah penerapan Age Regression untuk mencari akar permasalahan, yang biasa dikenal dengan istilah ISE (Initial Sensitizing Event) yang biasanya berupa emosi dasar.
Demikian juga misalkan Ego State Therapy (Watkins & Emerson), yang juga bermain di masa lalu, yaitu saat-saat dimana Ego State tertentu dilahirkan, dan peristiwa apa yang menyertainya.
Menurut kelompok ini, hari ini tidak dapat dipisahkan dari masa lalu. Jika terdapat luka di masa lalu, maka seakan terdapat “urusan yang belum selesai” yang mempengaruhi perjalanan kehidupan berikutnya. Oleh karena itu salah satu fokus dari kelompok ini adalah melakukan penyembuhan terhadap titik-titik luka di masa lalu. Tentu saja penjelasan ini sangat dapat diterima oleh logika, karena secara fakta memang banyak sekali contoh pribadi-pribadi bermasalah yang memiliki masa lalu yang suram, terutama masa kanak-kanak, dimana banyak terjadi imprint (coretan salah) yang menjelma menjadi belief tertentu yang mungkin kurang memberdayakan.
Dari penjelasan ini tentu saja dibutuhkan keterampilan yang sangat tinggi jika seorang Hipnoterapis bermaksud melakukan intervensi ke masa lalu, karena berpotensi untuk menggali luka lama yang justru akan menjadi luka baru jika secara teknis tidak dikerjakan dengan baik. Seorang Hipnoterapis dari aliran Hipnoterapi Klasik harus benar-benar piawai dalam melakukan Age Regression.
Tentu saja bukan sekedar teknik Age Regression yang mengakibatkan seseorang harus menempuh pelatihan ratusan jam dalam Hipnoterapi Klasik, melainkan banyak hal lain yang harus dikuasai sebagai konsekwensi dari pemikiran berbasiskan Psikoanalisa.
Kelompok Kedua : Positive Psychology
Salah satu patokan waktu (timeline) penting adalah pemikiran dari kelompok MRI yang dimotori oleh Milton Erickson, yang selanjutkan melahirkan paradigma terapi baru, bukan saja Hipnoterapi dengan arah baru, akan tetapi berbagai metode terapi lainnya, antara lain SFBT (Solution Focused Brief Therapy).
Secara umum kelompok terapi jenis ini boleh disebut sebagai “Brief Therapy” atau dapat diterjemahkan secara bebas, sebagai “terapi ringkas”. Kenapa dikatakan ringkas ? Ya jika perlu hanya 1 Sesi saja. Tentu saja ini juga sangat berlawanan dengan Psikoterapi ala Psikoanalisa yang biasanya berlangsung berpuluh-puluh sesi.
Mungkin saja, Brief Therapy ini juga sangat dipengaruhi oleh sifat pragmatisme dari orang Amerika, yang selalu ingin praktis dalam segala hal.
Brief Therapy akhirnya melahirkan Brief Hypnotherapy, dimana Milton Erickson merupakan pelopornya.
Dikarenakan Brief Hypnotherapy sama sekali tidak mengutak-atik masa silam, maka secara logis Brief Hypnotherapy sangat aman bagi pemula sekalipun, sehingga dengan berbekal beberapa teknik Terapeutik dasar, seseorang sudah dapat mulai berpraktek sebagai seorang Hipnoterapis. Untuk menguasai beberapa teknik Terapeutik dasar, hanya dibutuhkan waktu beberapa jam saja, sehingga bukan suatu yang berlebihan jika dengan melalui pelatihan tambahan sepanjang 8 jam, maka seseorang yang telah memiliki keterampilan Hipnotis, akan dapat menguasai Hipnoterapi, khususnya Brief Hypnotherapy secara baik.
Kelompok ini sering juga dikatakan menganut mazhab Positive Pyschology, yang dapat diartikan secara sederhana selalu menerapkan upaya pemberdayaan (empowerment) ke depan, tanpa perlu melihat ke belakang. Contoh dari metode lain yang juga bermazhab Positive Psychology adalah : Family Therapy (salah satu tokohnya adalah Virginia Satir), dan juga Neuro-Linguistic Programming (NLP) dalam konteks terapi (walaupun kita tahu bahwa NLP bukan semata-mata di-disain untuk terapi).
Salah seorang sahabat yang juga seorang Hipnoterapis aktif dengan konsep Brief Hypnotherapy, memberikan suatu analogi sederhana yang sangat menarik. Ia mengatakan bahwa para kadet di Akademi Militer pasti memiliki latar belakang yang bervariasi, mungkin ada yang pemberani, pasti ada pula yang cengeng, kemungkinan ada pula yang memiliki Phobia tertentu yang sangat tidak ekologis dengan profesi militer. Melalui pendidikan tertentu, selama kurun waktu tertentu, seluruh kadet yang memiliki latar belakang yang saling berbeda ini akan dicetak menjadi manusia baru, manusia pemberani, tegas, dengan Self Image (Citra Diri) yang baru, yaitu Self Image ksatria pembela tanah air. Menarik bukan? Dengan sistem tertentu, tanpa perlu menengok masa lalu, tetap dapat dilakukan pengubahan yang permanen. Tentu hal inipun dapat diterima oleh logika bukan?
Salah satu ciri khas dari Brief Therapy, adalah mengandalkan kekuatan pertanyaan (Question). Setidaknya terdapat 3 kelompok pertanyaan dasar, yaitu : Miracle, Scaling, dan Coping. Pertanyaan-pertanyaan ini sebenarnya adalah upaya untuk mengeksporasi “peta mental” dari Client untuk nantinya diarahkan menjadi Script Sugesti yang sesuai dengan Outcome Client, atau dengan kata lain benar-benar berorientasi Client Center Therapy.
Dengan prinsip dasar ini, maka seseorang yang mempelajari Brief Hypnotherapy 8 jam mungkin saja belum memiliki keterampilan untuk mengolah kekuatan Questions ini agar menjadi Sugesti Terapeutik, mungkin dibutuhkan jam terbang puluhan jam atau bahkan ratusan jam praktek, tetapi setidaknya seorang Brief Hypnotherapist kecil kemungkinan untuk melakukan kesalahan, karena mereka tidak bermain-main dengan masa lalu (misal : luka traumatik).
***
Dari uraian di atas, tentu saja tidak ada yang lebih benar, atau yang lebih baik, antara sistem pembelajaran 100 jam dan sistem pembelajaran 8 jam. Semua sangat tergantung dari orientasi dan minat dari calon Hipnoterapis. Konon teknik-teknik 100 jam banyak yang eksotis, sedangkan teknik-teknik 8 jam jelas sederhana, dan pragmatis praktis.
Konon pula beberapa kasus lebih efektif jika dilakukan healing ke masa lalu, atau dengan cara mengutak-atik Ego State. Tetapi konon pula Brief Hypnotherapy dapat menyelesaikan beberapa kasus khas (misal Phobia) hanya dalam hitungan detik.
Akhirnya, baik sistem pembelajaran Hipnoterapi 100 Jam maupun 8 Jam, bermuara terhadap pemahaman filosofis dan keterampilan dari pembelajar itu sendiri, karena bukan senjata yang dapat mengalahkan musuh, tetapi siapa yang berada dibalik senjata itulah yang lebih menentukan.
Salam Hipnoterapi !
***
Ref : 10-B
Locky Setio says
Saya hanya mengikuti pelajaran yang hanya 8 jam dan sudah memahami teori-2 dasar hipnosis . Aplikasi hipnosis ke terapi dan ke Dental memerlukan teori Psikologi dan Dental , kemudian keahlian praktek berdasarkan kegigihan setiap hari melakukan praktek . Ini testimoni saya belajar dengan pak Yan Nurindra .
Aziz Amin says
Sangat sepakat Pak Yan, bahwa 100 jam atau 8 jam tidak menjadi tolak ukur mana yang paling benar dan paling baik, bahwa kembali pada minat dan orientasi peserta, pastinya ada sisi yang menarik untuk dinikmati baik pelatihan 100 jam yang eksotis maupun yang 8 jam yang sederhana.
Jadi ingat pertanyaannya hasil akhir adalah pada bagaimana seorang bisa menghypnosis tanpa ditanya berapa lama ia belajar yang 100 jam atau yang 8 jam, dan keduanya memiliki sisi lebih yang luar biasa dengan beberapa hal berkenaan dengan teknik terapi.
Apapun cara belajar hipnoterapinya 100 jam atau 8 jam, tetap saja esensinya mau praktek atau tidak.
Salam Hipnoterapi !
Yuel says
Terima kasih pak Yan
saya menjadi tidak sabar untuk segera belajar dengan Pak Yan.
Edy Santoso says
Terima kasih atas artikel menariknya Pak Yan Nurindra. salam Hipnoteraphi !
idrus says
Bisa update ilmu hanya di web kerennya pak yan salam….
cak musthofa says
setuju buangets, Pak Yan. _/l\_