Bagi para Hipnoterapis terutama yang telah cukup lama berpraktek secara profesional pasti pernah mengalami kejadian dimana klien tidak mau ”dibangunkan” walaupun sesi terapi telah berakhir, atau dengan kata lain klien sama sekali tidak merespon script Termination (Emerging).
Bagi Hipnoterapis pemula, hal ini dapat menimbulkan kepanikan luar biasa. Ketika Hipnoterapis mengucapkan script Termination, misalkan:
”Dalam lima hitungan kita akhiri sesi ini, dan anda akan bangun segar bugar dan sangat sehat, satu perlahan-lahan tarik nafas dan hembuskan lepas hadirkan diri anda disini, dua gerak-gerakkan jari jemari tangan anda, tiga anda benar-benar sudah berada kembali di sini secara utuh, empat anda siap-siap membuka mata dan bangun dalam kondisi sehat dan positif, lima buka mata anda ….”
Dan, klien sama sekali tidak merespon. Apalagi ketika Hipnoterapis berupaya untuk membangunkan dengan cara fisik, misal menggoyang-goyangkan tubuh klien, dan tetap tidak ada reaksi, maka biasanya Hipnoterapis mulai panik, bahkan mulai berpikir yang ”tidak-tidak” :
”Jangan-jangan roh dari klien ini kecantol di alam sana, dan benar-benar tidak mau pulang ke dunia lagi?”
***
Saya teringat dengan cerita salah satu peserta pelatihan Hypnotherapy saya beberapa tahun silam, beliau ini seorang perwira menengah dari Mabes Polri dan bertugas di bagian psikologi, beliau seorang wanita, sebut saja namanya Ibu X.
Pada tahun 2004, Ibu X ditugaskan ke Aceh, tepatnya beberapa minggu pasca bencana Tsunami Aceh. Ibu X ditugaskan untuk memberikan konseling psikologi kepada para polisi yang bertugas menangani bencana, karena para polisi ini tentu sudah berhari-hari stress dan depresi. Kenapa? Bayangkan saja, bagaimana para polisi ini bertugas mengangkut mayat-mayat korban yang berada di berbagai tempat yang tentu saja kondisinya sudah sangat buruk, ditambah bau busuk menyengat dimana-mana. Benar-benar situasi yang akan membuat siapapun akan menjadi tertekan.
Pada suatu kesempatan, Ibu X memandu relaksasi massal kepada para polisi yang bertugas ini, di suatu ruangan milik Pemda. Tentu Ibu X memiliki tujuan sangat baik, yaitu agar para polisi ini dapat melepaskan stress mereka dalam relaksasi massal ini. Dikarenakan situasi dan kondisi yang mungkin sangat mendukung, panduan relaksasi dari Ibu X ini menghasilkan efek hypnotic (walaupun Ibu X saat itu belum mengikuti kelas Hipnoterapi saya dan tentu saja sama sekali belum memahami Hipnoterapi), sehingga hampir seluruh anggota polisi ini memasuki kondisi tidur ”trance”.
Ketika sesi relaksasi massal ini diakhiri, terdapat seorang anggota polisi yang tetap tertidur pulas, juga ketika dilakukan upaya untuk membangunkan dengan cara normal (seperti membangunkan orang yang tertidur pulas) ia tetap tidak mau bergeming. Bahkan ketika dilakukan upaya yang lebih ekstrim, antara lain dengan menyiram air, tetap tidak membuahkan hasil. Kepanikan-pun mulai terjadi.
Akhirnya anggota polisi ini dibawa ke Rumah Sakit setempat, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya apa yang terjadi? Akhirnya pada hari kedua anggota polisi ini bangun dengan sendirinya, tanpa ada kelainan atau gangguan fisik sama sekali. Luar biasa, tertidur tanpa ”bergeming” selama kurang lebih 48 jam.
Apa yang sesungguhnya telah terjadi ? Setelah Ibu X mengikuti kelas Hipnoterapi saya selama 2 hari (Fundamental dan Advanced) iapun menemukan jawabannya. Dan andapun tidak perlu sampai mengalami kejadian se-ekstrim ini terlebih dahulu, karena saya akan menjelaskan secara utuh di artikel ini.
***
Kondisi hypnotic atau trance memiliki berbagai tingkat kedalaman. Dalam pembelajaran Hipnotis dasar, biasanya kondisi trance hanya dibagi 3 bagian besar, yaitu : Light Trance, Medium Trance, dan Deep Trance (Somnambulism).
Sebenarnya masih ada kondisi trance yang lebih dalam, kita sebut saja namanya sebagai ”Ultra Deep Trance”, nyaris menyentuh wilayah ”tidur alami”, tetapi masih dalam wilayah trance. Terkadang wilayah ini disebut juga sebagai ”Comma State” atau ”Esdaile State”, mengingatkan kita kepada Esdaile, seorang dokter yang melakukan ratusan amputasi besar dengan memanfaatkan hipnotis di abad silam di India.
Salah satu ciri-ciri dari ”Comma State” ini adalah klien dapat memutuskan hubungan komunikasi dengan Hipnoterapis, ini juga menggambarkan bahwa sesungguhnya dalam proses hipnoterapi, sesungguhnya klien tetap memiliki otoritas. Dalam kondisi ini, klien akan mengalami istirahat total secara fisik dan mental, bahkan secara otomatis terjadi fenomena ”mati rasa” atau auto-anaesthesi. Oleh karena itu dari cerita di atas, dapat dipahami mengapa klien tidak bergeming walaupun sudah diguyur air sekalipun. Dalam bahasa gaul, kira-kira klien ini dalam hati akan berkata :
”Emang gue pikirin ? Kagak ngaruh coy …….!”
***
Ketika seorang klien yang mengalami depresi akibat tekanan kehidupan sehari-hari, dan sesaat kedalaman trance-nya meluncur terus sehingga memasuki ”Comma State”, maka tentu ia seakan masuk ke suatu oase yang sangat nyaman, dan membuatnya enggan untuk kembali ke kehidupan riel kembali.
Dari penjelasan ini juga dapat langsung dipahami bahwa ternyata trance yang ”terlalu dalam” tidak selalu bermanfaat untuk keperluan sugesti therapeutic, karena dalam kondisi yang sangat dalam ini kognitif kien bahkan nyaris tidak bekerja, atau ”malas” untuk memahami sugesti yang diberikan. Oleh karena itu untuk keperluan Hipnoterapi, khususnya untuk memasukkan sugesti therapeutic maksimal harus di kedalaman ”deep trance”.
***
Nah bagaimana pula jika kita sebagai Hipnoterapis tiba-tiba menghadapi kondisi dimana klien telah ”meluncur” ke kondisi ”Comma State”, dan menolak atau tidak merespon sama sekali sugesti untuk melakukan pengakhiran (Termination, Emerging)?
Mengggunakan kekerasan? Mengguyur dengan air? Menyakiti tubuhnya? Tentu tidak! Tentu ini semua bukan langkah yang bijak.
Gunakan empati dan teknik ”ideo motor response”. Karena sebenarnya klien masih dapat mendengarkan dan merespon hal-hal sederhana. Ini yang kita manfaatkan.
”Saya akan menghitung satu sampai tiga, saya mohon ijinkan suara saya anda dengarkan kembali. Satu, dua, tiga. Jika anda sudah dapat mendengarkan suara saya, gerakkan sedikit telunjuk kanan anda.”
Setelah klien menyatakan mendengarkan suara kita, maka lanjutkan:
”Apakah anda bersedia mengakhiri sesi relaksasi ini? Jika bersedia gerakkan telunjuk kanan, jika tidak bersedia, maka gerakkan telunjuk kiri anda.”
Jika klien menggerakkan telunjuk kanannya, maka langsung dapat dilakukan proses Termination. Jika klien menyatakan tidak bersedia, yaitu menggerakkan telunjuk kirinya, maka kita harus menyampaikan hal-hal yang bersifat empati, misalkan:
”Saya tahu bahwa anda saat ini berada dalam kondisi yang sangat nyaman dan tenang. Dan pahamilah bahwa anda adalah pribadi yang luar biasa, kapanpun juga anda dapat kembali ke kondisi ini dengan sangat mudah. Memang benar kondisi saat ini sangat nyaman bagi anda, tetapi pahamilah bahwa kehidupan yang sesungguhnya di luar sana tetap berlangsung, dan bagaimanapun juga kita harus menghadapinya. Saya sangat yakin bahwa anda dapat menghadapi kehidupan nyata, dan sekali lagi, kapanpun anda berkeinginan untuk kembali memasuki wilayah ini, maka andapun dapat melakukannya dengan sangat mudah”.
Lanjutkan dengan script sebelumnya:
”Apakah anda bersedia mengakhiri sesi relaksasi ini? Jika bersedia gerakkan telunjuk kanan, jika tidak bersedia, maka gerakkan telunjuk kiri anda.”
Jika klien masih juga belum bersedia, alias selalu menggerakkan telunjuk kiri, maka Hipnoterapis harus mengubah script dengan gaya yang berbeda, dibutuhkan kreativitas dan empati.
Dari pengalaman saya berpraktek di klinik hipnoterapi, selalu akhirnya klien bersedia untuk keluar dari ”Comma State” dan mengakhiri relaksasi. Manusia adalah manusia, mahluk yang tetap memiliki akal budi dan selalu dapat disentuh unsur kemanusiannya.
Semoga membantu …….!
Ref : 004

drg Locky Setio says
Mantab ! , membuat rasa aman bagi para hypnotherapist menghindari hal hal seperti tidak mau termination . Dan kalau si klien tidak bangun juga maka saya dipastikan akan telpon pak Yan . Salam servo sehat dan ijin kopi paste pak ke catatan saya..
i wayan meja says
Luar biasa..
Erwin W says
Saya sangat suka dengan strategi berkomunikasi yang dijelaskan diatas. Cara tersebut mengingatkan saya dengan Six steps reframing -nya NLP.
Saya jadi teringat dengan salah satu pengalaman saya ketika saya belajar Ericksonian Hypnosis di Australia, saya menghipnotis seorang hipnotis profesional dan ternyata dia masuk kedalam deep trance. Dia kembali ke usia 5 tahun dan tidak mengikuti ajakan saya untuk kembali kedalam kondisi sadar.
Terrence Mc Clendon mengatakan hal tsb merupakan indikasi bhw saya kehilangan rapport/ connectedness. Jangan panik, kembali dan lakukan saja pacing dengan sebaik-baiknya. Saya bertanya, apa yang harus saya pace?
Terrence: “Pace pola napasnya. Sesuaikan kecepatan bicara kamu dengan pola napasnya. dan jangan terburu-buru” Kira-kira 3 menit kemudian sang hipnotis profesional tsb kembali perlahan-lahan ke dalam kesadarannya. Dia mengatakan bhw apa yang baru saja terjadi merupakan trance yang paling dalam yang pernah dialaminya.
Willy Wong says
Benar-benar Ensiklopedia Hipnosis Indonesia! Sebuah tips menyeluruh yang memberikan penanganan saat client berada dalam Coma State, yang tidak semata-mata “berada dalam alur wajib” seperti yang dituliskan Dave Elman, namun menunjukkan pula Intisari persuasif yang sebaliknya dilakukan oleh terapis.
Yan Nurindra says
Halo Willy,
Yup, ini sedang membangun “ego state” nulis ….!
Ntar kalau pas ketemu saya, saya ceritakan versi lengkapnya tentang “Ego State” ini ……
Salam,
Willy Wong says
Asyik… Nampaknya Buku Cetak Ensiklopedia Hipnosis Indonesia akan segera ‘lahir’…!
Yan Nurindra says
Wkkkk ! Semoga lancar prosesnya ……!
Idrus Perkasa Putra says
Sebuah pengetahuan yang sulit didapatkan , thanks pak!
yohan azis says
terimakasih Pak ,pertanyaan saya di artikel coma state sudah terjawab disini,lengkap.mohon ijin copi paste sebagai tambahan ilmu,
Restu Kurniawan says
Pengetahuan yang berharga. Maturnuwun Pak Yan.
Zulkarnain Arch says
makasih pak yan tas keihklasan tuk men-share beberapa pengetahuan luar biasa ini…:)
bayu says
Salam sejahtera pak
Pak sy pgn mempraktekan audio mp3 self hipnotis..tp saya takut ga bisa balik lagi ke kondisi normal..wajar tidak pak ketakutan sy itu?soalnya sy ingin mnjd pribadi yang percaya diri
Pak kl tdk merepotkan tolong di bales ke email saya..terima kasih
Bayu…di tasikmalaya
Mualimin says
Terima ksih komandan…
Neta says
artikel ini penting sekali sbg antisipasi panik jika mengalaminya… trmksh Pak Yan. Salam.